KEARIFAN LOKAL BEGAWE NGURISAN MASYRAKAT SUKU SASAK LOMBOK

  • Jul 18, 2024
  • PPID Desa Lembar Selatan
  • Artikel

KKN (Kuliah Kerja Nyata) menjadi wadah bagi mahasiswa untuk bisa terjun langsung ke masyarakat dan hidup berdampingan dengan masyarakat yang memiliki budaya yang beragam. Momen ini juga dimanfaatkan oleh Tim KKN UGM yang melaksanakan pengabdian di Desa Lembar Selatan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Warga Desa Lembar Selatan yang mayoritas merupakan Suku Sasak masih memegang erat tradisi-tradisi yang telah dilakukan secara turun-menurun. Tradisi yang dianut merupakan hasil akulturasi antara unsur adat dan agama karena kedua unsur tersebut tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia karena berjalan secara beriringan. Akulturasi tersebut salah satunya dapat dilihat dari tradisi Ngurisan yang merupakan hasil akulturasi antara syariat Islam yaitu Aqiqah dengan budaya setempat yang dilakukan dalam rangka untuk menyambut kelahiran anak. Dalam pelaksanaannya, Ngurisan dilakukan berdasarkan ketentuan dan syarat Aqiqah salah satunya dalam penentuan jumlah dan kriteria hewan yang disembelih. Beberapa kriteria tersebut adalah kambing yang umurnya telah cukup yakni antara 6-12 bulan, jenis kelamin hewan bisa jantan (yang sudah bertanduk) dan betina (yang tidak sedang mengandung atau menyusui), tidak terdapat cacat mutlak dan sehat.

Jumat, 14 Juli 2024 telah dilaksanakan Tradisi Ngurisan oleh Bang Husni yang merupakan salah satu warga Desa Lembar Selatan. Rangkaian acara yang berlangsung selama beberapa tahap menjadikan prosesi ini juga menjadi ajang silahturahmi antar keluarga dan masyarakat di desa tersebut. Tetangga dan sanak saudara kesadaran masing-masing bergotong royong dalam melancarkan pelaksanaan tradisi. Semangat gotong royong untuk mensukseskan tradisi terlihat dari keterlibatan warga sekitar dibantu Tim KKN UGM dalam menyiapkan dan memasak jamuan, menyiapkan lokasi serta membersihkan lokasi setelah acara berlangsung.

Terdapat fakta menarik dari tradisi ini, yakni pembagian pekerjaan yang dilakukukan. Laki-laki akan fokus dan memegang kendali dalam mengolah makanan besar seperti ares (makanan berbahan dasar gedebong pisang) dan perempuan akan fokus pada olahan daging dan jajanan pembagian ini dilakukan karena proses pengolahan ares yang membutuhkan tenaga berlebih dan dilakukan dengan Meriap Kadu Jengkeh yakni memasak dengan batu dan kayu. Tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun ini diharapkan dapat terus dilestarikan sehingga esensi ucapan syukur atas kelahiran seorang anak dan wadah bagi masyarakat untuk menjalin silaturahmi tetap terjaga.

Moralina Aweda N